Sabtu, 14 Februari 2009

Hipervitaminosis vitamin A

Tugas kelompok Vitamin A

Vitamin A merupakan senyawa yang essensial bagi kehidupan manusia. Walaupun diperlukan hanya dalam jumlah yang sedikit, namun kekurangan maupun kelebihan vitamin A dapat berakibat fatal.

Kasus defisiensi vitamin A bukan merupakan kasus yang asing lagi bagi kita. Defisiensi vitamin A dapat mengakibatkan kurangnya imunitas dalam tubuh terhadap penyakit, dan juga menyebabkan xeroftalmia, yang akan berlanjut kepada kebutaan dan kematian. Hal ini terjadi bukan saja pada anak-anak di daerah-daerah yang pemeliharaan gizinya buruk, ataupun pada anak-anak dengan status masyarakat tidak mampu, yang kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. Tetapi hal ini juga terjadi pada anak-anak yang status masyarakatnya baik. Padahal yang paling banyak membutuhkan vitamin A adalah anak-anak, mengingat kebutuhan ini menurun seiring menuanya usia.

Untuk mencegah dampak buruk yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin A ini, biasanya pemerintah, bahkan WHO, menganjurkan untuk mensupplementasi anak-anak dengan vitamin A dosis tinggi dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan usia anak, yaitu:
 50.000 IU pada saat lahir, dilanjutkan dengan 25.000 IU pada kontak imunisasi, 4 kali dalam usia 6 bulan pertama.
 Dosis tunggal 50.000 IU untuk bayi usia dibawah satu bulan.
 Dosis tunggal 100.000 IU untuk bayi usia 1-5 bulan
 Dosis 200.000 IU untuk anak usia 1-5 tahun

*Dosis diberikan dalam jangka waktu satu bulan.
*IU adalah satuan vitamin A (1 IU = 0,0003 mg)

Pemberian dosis tinggi ini dianggap baik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Karena sifatnya yang larut dalam lemak, vitamin A dosis tinggi yang dikonsumsi, tetapi tidak terpakai dalam tubuh dapat disimpan dalam hati, dan digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Namun sifat ini pulalah yang membuat penggunaan dosis tinggi berisiko menyebabkan gangguan pada tubuh, karena penumpukan vitamin A yang terlalu banyak.

Di sini kita dapat melihat kontroversi, yaitu karena pihak yang satu setuju akan penggunaan vitamin A dosis tinggi, malah justru menganjurkan. Tetapi pihak lainnya menganggap hal ini sebagai faktor penyebab hipervitaminosis yang juga sangat berbahaya. Kontroversi ini terjadi bukan hanya untuk anak-anak, melainkan juga untuk orang dewasa (akan dibahas lebih lanjut).

Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang jelas akurat tentang bagaimana mengkonsumsi vitamin A yang benar, kami menggunakan metode meta analisis, yaitu yang diambil dari jurnal-jurnal medis, artikel kesehatan, dan buku-buku kedokteran.

Hipervitaminosis pada anak-anak.

Hipervitaminosis vitamin A sering kali dihubungkan dengan berubahnya warna kulit menjadi kekuningan. Biasanya apabila ditemukan kasus seperti ini, penderita akan langsung panik dan berasumsi keracunan vitamin A.

Namun, hal ini sebenarnya tidaklah berbahaya. Penyebab hal ini sebetulnya adalah karotenoid, suatu bentuk provitamin A yang terdapat pada sayur-sayuran hijau dan buah-buahan. Karotenoid tidak bersifat toksik tetapi dapat menyebabkan kekuningan pada kulit, akibat sifat vitamin A yang dapat larut dalam lemak, sehingga vitamin A disimpan bersama dengan jaringan adiposa. Karena dibawah kulit terdapat jaringan adiposa, kulit dapat berwarna kekuningan.

Sebenarnya kasus seperti di atas jarang ditemukan, karena rendahnya konversi karoten ke vitamin A. (1 mol karoten = 0,27 mol vitamin A)

Dosis yang telah disebutkan di atas adalah batas aman penggunaan vitamin A untuk anak-anak. Apabila vitamin A dikonsumsi melebihi dosis tersebut akan terjadi gangguan-gangguan pada tubuh, seperti:
 Pada bayi usia 6 bulan, apabila mendapatkan dosis lebih dari 100.000 IU per bulan, akan terjadi penonjolan fontanel akibat peningkatan tekanan intrakranial.
 Pada anak usia 1-5 tahun, apabila mendapatkan lebih dari 300.000 IU dosis tunggal per bulan, maka kemungkinan akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia.
 Apabila dikonsumsi berbulan-bulan atau bertahun-tahun dengan dosis yang tinggi, maka akan menyebabkan hepatomegaly dan berlemak.
 Penggunaan vitamin A 25.000 hingga 50.000 UI sehari dapat menimbulkan nyeri tulang, lesi kulit, rambut rontok, hepatosplenomegali, papiludem, pendarahan dan kelemahan.
Pengobatan yang dapat dilakukan hanyalah penghentian konsumsi vitamin A dan pengobatan simptomatis.

Hipervitaminosis pada dewasa

Hipervitaminosis atau keracunan vitamin A dapat mempengaruhi tulang. Asam retinoa, metabolit aktif dari vitamin A, dapat menstimulasi pembentukan dan aktivitas osteoklas, menyebabkan peningkatan resorpsi tulang, dan pembentukan reaksi periosteal.

Reaksi periosteal adalah reaksi pembentukan tulang baru akibat respon terhadap cedera atau stimuli dari periosteum di sekitar tulang. Reaksi periosteal dapat menyebabkan hyperostosis, yang dapat juga meningkatkan resiko osteoporosis.

Selain itu, hipervitaminosis vitamin A juga dapat mempengaruhi metabolisme mineral dan menyebabkan hiperkalsemia.

Berikut ini ada beberapa hasil penelitian mengenai konsumsi vitamin A yang baik:

• Studi Melhus di Norwegia dan Swedia menyatakan, tingginya insiden fraktur panggul di daerah tersebut disebabkan oleh terlalu banyak konsumsi vitamin A, yaitu 6x lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa Selatan. Bone mineral density pada orang yang mengkonsumsi vitamin A melebihi 1,5 mg per hari adalah 10% lebih rendah daripada orang yang mengkonsumsi kurang dari 1,5 mg per hari.

• Laporan Nurse Health study menyatakan orang yang mengkonsumsi vitamin A 1,5 mg atau lebih setiap hari memiliki resiko terkena fraktur panggul lebih besar daripada orang yang mengkonsumsi kurang dari 0,5 mg per hari.

• Penelitian berikutnya oleh Rancho Bernado, menyatakan bahwa bone mineral density optimal bila konsumsi vitamin A antara 2000-2800 IU (0,6-0,9 mg) per hari.

• Michaelsson menyimpulkan bahwa serum retinol yang tinggi meningkatkan resiko terjadinya fraktur.

• National Health and Nutrition Examination Survey menyatakan bahwa pria usia di atas 30 tahun dan wanita di atas 50 tahun memiliki tingkat retinol serum yang tinggi.


Terdapat kasus tertentu dari Duke Hospital, Durham.

Seorang bayi wanita, pada usia empat bulan, fontanelnya belum menutup. Karena dianggap kekurangan vitamin, bayi ini diberikan vitamin A dosis tinggi setiap hari. Pada usia 6 bulan, setelah ditemukan bengkak pada kakinya, dosis vitamin yang diberikan dinaikkan. Setelah beberapa lama, bayi ini mengalami hiperostosis, craniotabes (tengkoraknya menjadi lembek seperti membran), dan pembengkakan yang fusiform di bagian distal metatarsal.

Akhirnya diasumsikan bahwa bayi ini mengalami hipervitaminosis vitamin A, karena setelah konsumsinya dihentikan, gejala-gejala tersebut mulai membaik, tengkoraknya mulai mengeras dan menjadi lebih padat.

Kasus-kasus seperti ini adalah ppengecualian yang jarang terjadi. Setelah diselidiki, terdapat gangguan penyerapan vitamin pada anak tersebut, sehingga menyebabkan hipervitaminosis.

Jenis-jenis hipervitaminosis A:
• Hipervitaminosis A akut
Biasanya terjadi dalam waktu 24 jam. Gejalanya dalai mual, muntah, dan sakit kepala. Pada anak-anak terjadi bila mengkonsumsi dosis 300.000 IU atau lebih. Pada bayi usia did bawah 1 tahun menyebabkan penonjolan fontanel. Pengobatan adalah dengan menghentikan konsumsi vitamin A dan pengobatan simptomatik. Akan hilang dalam 1-2 hari.
• Hipervitaminosis A kronis
Terjadi bila mengkonsumsi dosis tinggi selama beberapa bulan atau tahun. Gejalanya antara lain anoreksia, kulit kering, gatal, peningkatan tekanan intra cranial pada bayi, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan membengkak (karena reaksi periosteal). Pengobatanmua dengan menghentikan konsumsi vitamin A dan pengobatan simptomatik.


Dosis vitamin A yang aman.

Dari berbagai penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa penggunaan vitamin A dosis tinggi merupakan kebutuhan yang essensial bagi tubuh, namun akan sangat berbahaya bila tidak diperhatikan.

Dosis konsumsi vitamin A yang aman untuk anak-anak seperti diatas nampaknya tidak menjadi masalah, apabila tidak dilanggar ketentuannya. Namun pada orang dewasa, sebaiknya dosis tersebut dikurangi, mengingat kebutuhannya yang semakin berkurang seiring dengan meningkatnya usia.

Dari penelitian-penelitian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan:
• Bayi usia 1-5 bulan sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari dosis tunggal 100.000 IU.
• Anak usia 1-5 tahun sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari dosis 200.000 IU.
• Orang dewasa sebaiknya mengkonsumsi dosis 2000-2800 IU perhari, yaitu 0,6-0,9 mg, dan tidak lebih dari 1,5 mg.
• Dosis tinggi ini bukan untuk suplementasi per hari, melainkan per bulan.
• Suplementasi sebaiknya tidak dilakukan dengan rutin, untuk mengurangi risiko hipervitaminosis kronik.



Referensi


Arena, Jay M., M.D., Sarazen, Paul, Jr., M.D., Baylin, George J., M.D.. Hipervitaminosis A - Report an unusual Case with Marked Craniotabes. Official Journal of the American Academy of Pediatrics. 1951; 8: 788-794.

Tang G, Qin J, Dolnikowski G G, Russell R M. Short-term (intestinal) and long-term (post-intestinal) conversion of beta carotene to retinol in adults as assessed by a stable-isotope reference method. The American Journal of Clinical Nutrition. 2003; 78: 259-66.

Jason J, Archibald, Lennox K., Nwanyanwu, Okey C., Sowell, Anne L., Buchanan I, Larned J, Bell M, Kazembe, Peter N., Dobbie H, Jarvis, William R.. Vitamin A Levels and Immunity in Human. Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology. 2002; 9.3: 616-621.

Wikipedia – The Free Encyclopedia. “Craniotabes”. http://en.wikipedia.org/wiki/Craniotabes

Wikipedia – The Free Encyclopedia. “Periosteal Reaction”. http://en.wikipedia.org/wiki/Periosteal_reaction

www.gizi.net/pedoman-gizi/download/KG-1A.doc

http://drakeiron.wordpress.com/2008/11/23/info-hipervitaminosis-a-dan-fraktur/

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=9