Senin, 29 Maret 2010

Book Recommendation : The Miracle of Enzyme

Hari minggu kemarin, saya sedang berjalan-jalan bersama dengan 3 orang teman di Supermall Karawaci, sepulang dari seminar "Allergy Alert" yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH). Karena tujuan kami tidak direncanakan sebelumnya, maka kami memutuskan untuk melihat-lihat saja di Toko Buku Gramedia. Maklum, suka melihat-lihat buku dan alat tulis. :)

Ketika memasuki Gramedia Bookstore, mata saya menangkap tumpukkan buku hijau tidak jauh dari pintu masuk toko buku tersebut, yang di sampul bukunya tertulis kata "Enzyme". Mungkin karena saya anak Fakultas Kedokteran, sehingga pada saat melihat kata itu, saya langsung tertarik dan penasaran apa sebenarnya isi buku tersebut. Judulnya adalah "The Miracle of Enzyme", ditulis oleh seorang guru besar dari Fakultas Kedokteran di Albert Einstein University di Amerika Serikat yang bernama Hiromi Shinya, MD.



Biasanya saya tidak terlalu tertarik dengan buku-buku kesehatan yang dijual di toko-toko buku, karena saya pikir buku-buku tersebut ditargetkan untuk dibaca oleh kaum awam, bahasanya sangat sederhana dan biasanya tidak ada penjelasan fisiologisnya, sehingga menurut saya tidak perlu untuk dibeli karena toh saya bisa belajar sendiri. Saya bisa membaca jurnal-jurnal yang evidence-based dengan referensi yang lebih kuat dan penjelasan yang lebih masuk akal.

Tetapi buku ini berbeda dari buku-buku kesehatan yang dijual di toko buku. Ketika saya membaca sekilas buku ini, saya menemukan penjelasan yang medis, logis dan fisiologis mengenai apa yang tertulis dalam buku ini. Walaupun tidak ada referensi yang dicantumkan, tetapi sepertinya dokter Shinya menulis berdasarkan pengalamannya sendiri. Yang membuat saya kagum pada dokter ini adalah dia mencoba obat-obat baru kepada dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memberikannya kepada pasien, untuk mengetahui khasiat dan efek samping dari obat tersebut secara detail, yang biasanya tidak tertulis dalam kemasan obat. Dari sini saya dapat melihat betapa dia memperhatikan kepentingan pasiennya.

Hal lain yang unik dari buku ini adalah saran-saran yang tertulis di dalam buku ini agaknya sejalan dengan ajaran kesehatan dan larangan-larangan yang diajarkan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Mungkin saudara-saudara dulu pernah membaca kutipan saya dari American News, tentang kesehatan : hal-hal yang dilakukan untuk memperpanjang umur, yaitu salah satunya adalah live like the Seventh-day Adventist. Menurut survey yang dilakukan, umat masehi advent hari ketujuh rata-rata berumur lebih panjang daripada orang-orang lainnya. Saya mengerti bahwa pembaca blog ini tidaklah seluruhnya berasal dari kalangan masehi advent hari ketujuh, bahkan blog ini dapat dibaca oleh semua orang. Saya menulis ini bukan untuk meninggikan ataupun memojokkan pihak-pihak tertentu, tetapi hanyalah sekedar penjelasan dan pembuktian dari apa yang selama ini saya percayai dan lakukan - tentunya dengan berbagai macam pergumulan dan pembantahan mengenai teori-teori kesehatan yang selama ini beredar.

Terus terang saja, saya bukan tipe orang yang dapat langsung menerima begitu saja bila diberikan peraturan dan larangan, apalagi dalam bidang kesehatan. Ketika saya memasuki Fakultas Kedokteran, pemikiran logis saya semakin berkembang dan sesaat saya menjadi orang yang suka membantah hal-hal yang saya rasa tidak sesuai dengan pemikiran logis saya, tentunya berdasarkan dengan apa yang saya telah pelajari sebagai mahasiswa kedokteran.

Saya berikan sebuah contoh yang paling mudah. Mengenai teh. Sebelumnya saya beritahukan bahwa umat advent tidak meminum teh. Memang hal ini tidaklah tertulis di dalam alkitab. Kalau tentang makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan sih, sudah jelas-jelas tertulis di dalam alkitab, yaitu di Kitab Imamat 11. Tetapi mengenai teh tidak ada, hanya ada tulisan dari seorang nabiah yang bernama Ellen G. White. Lalu apa dasarnya dari alkitab? Beberapa dasar prinsip kesehatan dalam alkitab dikutip dari ayat-ayat berikut :

1 Korintus 6:19-20

(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

(20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

dan lagi

1 Korintus 10:31

(31) Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Jadi untuk tidak meminum teh, dasarnya adalah ayat-ayat berikut. Bahwa kita tidak boleh memasukkan bahan yang merusak ke dalam tubuh kita karena tubuh kita adalah bait Allah. Jadi mengapa kita tidak boleh minum teh? Apakah teh merusak tubuh kita?

Selama ini yang saya tahu adalah karena teh mengandung zat adiktif, yaitu kafein.
http://pangandaraninfo.com/2009/12/20/makalah-zat-adiktif-dan-psikotropika/

Efek kafein pada tubuh menurut yang saya pelajari, salah satunya adalah memicu kerja jantung. Apabila jantung dipicu maka akan semakin banyak darah yang dipompa ke otak. Itulah sebabnya kafein dapat menghilangkan kantuk dan menambah konsentrasi. Namun, efek ini hanyalah sesaat saja. Efek lainnya adalah palpitasi (atau yang kita kenal sebagai deg-degan) dan denyut nadi lebih cepat. Apabila dipicu terus-menerus, maka jantung akan lelah dan lebih lanjut dapat menyebabkan penyakit. Efek lain kafein dapat dilihat dalam referensi berikut : http://www.medicinenet.com/caffeine/article.htm

Tetapi kafein yang terkandung di dalam teh hanyalah sedikit. Lebih banyak di dalam kopi. Makanya ketika orang mau begadang, maka orang tersebut akan minum kopi dan bukannya minum teh. Jadi bisa dibilang efek samping kafein dalam teh tidak terlalu terasa.

Kemudian ada alasan lain, yaitu bahwa teh mengandung asam tanat yang dapat mencegah penyerapan zat besi. Jadi apabila kita minum teh sambil atau setelah makan, maka kita dapat menderita defisiensi besi, oleh karena besi yang kita konsumsi yang terkandung dalam makanan kita tidak dapat diserap. Makanya kita jangan terlalu mendengarkan apa yang dikatakan iklan. :P

Baiklah, dengan alasan-alasan tersebut saya dapat menerima larangan untuk tidak minum teh. Tetapi bagaimana dengan teh hijau? Orang bilang teh hijau dapat mencegah kanker karena kandungan anti oksidannya. Dan bukan hanya orang yang bilang begitu, tetapi juga dosen saya sendiri. Dan apa yang saya pelajari dalam ilmu kedokteran juga seperti itu. Bahwa teh hijau baik untuk dikonsumsi karena kandungan antioksidannya yang dapat mencegah kanker. Bukti yang diberikan adalah prevalensi kanker lambung pada orang Jepang akibat minum sake menurun sejak kebiasaan meminum teh hijau itu dijalankan. Saya merasa tidak dapat menerima hal ini dan mulai meminum teh hijau. Pada awalnya ada rasa bersalah. Tetapi kemudian rasa bersalah itu dikalahkan oleh pemikiran-pemikiran rasional saya, dan sayapun mulai merasa aman untuk mengkonsumsi teh hijau tersebut. Sampai pada suatu hari ketika saya pergi bersama dengan teman-teman saya ke restoran jepang. Kita tahu, teh hijau di restoran jepang, sekali bayar bisa minum sepuasnya. Dan pada saat itu, saya mengambil keuntungan. Di dalam pikiran saya, karena teh hijau dapat menyehatkan tubuh saya, maka saya meminum teh hijau itu dengan santai, hingga beberapa gelas. Tetapi sepulang dari sana, justru efek yang saya dapatkan malah sebaliknya. Saya mulai merasakan palpitasi hingga gemetar. Saat itu saya mengetahui bahwa teh hijau tidak baik untuk tubuh saya, dan sejak saat itu pun saya tidak pernah mengkonsumsinya lagi.

Saya mulai menjalani larangan-larangan tersebut dengan iman. Tidak berani lagi membantahnya dengan pemikiran logisku. Tetapi bila orang-orang bertanya padaku apa alasannya, ada beberapa hal yang tidak dapat saya jelaskan secara fisiologis. Akhirnya saya hanya dapat menjelaskan dengan apa yang telah saya alami saja ketika mengkonsumsinya. Tetapi ketika saya menemukan buku The Miracle of Enzyme ini, seakan-akan semuanya terbuka dengan jelas. Larangan-larangan yang selama ini saya anggap tidak logis (bukan saja teh hijau), ternyata ada penjelasan logisnya. Berikut adalah penjelasan yang saya kutip langsung dari buku tersebut:
"Memang benar bahwa antioksidan yang ditemukan dalam teh adalah antioksidan berjenis polifenol, yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan tersebut menyatu, mereka menjadi sesuatu yang disebut tanin.

Tanin menyebabkan beberapa tumbuhan dan buah-buahan memiliki rasa sepat. Rasa "pahit" dalam buah kesemek yang pahit misalnya, disebabkan oleh tanin. Tanin mudah teroksidasi, maka, tergantung pada banyaknya zat itu terkena air panas atau udara, dengan mudah ia dapat berubah menjadi asam tanat. Terlebih lagi, asam tanat berfungsi membekukan protein. Teori saya adalah bahwa teh yang mengandung asam tanat memiliki efek negatif pada mukosa lambung-yaitu selaput lendir yang melapisi lambung-sehingga menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti tukak lambung.

Kenyataannya, ketika saya menggunakan endoskop untuk memeriksa lambung mereka yang secara teratur meminum teh (teh hijau, teh cina, teh hitam inggris) atau kopi yang mengandung banyak asam tanat, biasanya saya menemukan mukosa lambung mereka telah menipis akibat perubahan atrofi. Lapisan lambung yang begitu penting itu menyusut begitu saja. Sebuah fakta yang sudah diketahui: perubahan atrofi yang kronis atau mag kronis dapat dengan mudah berkembang menjadi kanker lambung."

Ternyata Tuhan telah mempersiapkan cara untuk kita menjalankan kehidupan dengan lebih sehat, hanya kita tidak dapat melihat khasiatnya. Memang makanan ini sebenarnya tidaklah baik untuk kita konsumsi, hanya saja kita tidak tahu mengapa, apa yang tidak baik. Tuhan tahu yang terbaik buat kita. Hanya saja terkadang kita merasa lebih pintar dari Tuhan dan mulai membantah-Nya dengan pemikiran rasional kita sendiri.

Buku yang ditulis oleh dokter Shinya ini benar-benar membuka pemikiran saya mengenai hukum kesehatan. Menegur saya untuk dapat lebih mempercayai Tuhan tanpa harus mengandalkan pemikiran kita sendiri. Seperti yang tertulis di Amsal 3:5

(5) Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Masih banyak hal-hal tentang kesehatan yang dapat kita baca di dalam buku ini. Benar-benar alami, benar-benar rasional, dan benar-benar alkitabiah, walaupun dokter Shinya sendiri bukan berasal dari gereja masehi advent hari ketujuh. Saya merekomendasikan buku ini untuk anda baca. Bahasanya tidak terlalu sulit dibaca oleh kalangan awam, namun juga tidak terlalu sederhana untuk dibaca kalangan medis. Benar-benar tulisan yang bagus. Bukan bermaksud untuk mengiklankan, tetapi memanglah buku ini pantas untuk dibaca.

Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

God bless us :)

3 komentar:

Putri Jewel mengatakan...

Trimakasih buat penjelasannya..
Saya seorg Adventist, tapi gak sejauh ini saya memahami larangan2 ini.
Tapi berkat blog Saudari, saya mulai mengerti.
Thanks a lot.
God bless
^^

Putri Jewel mengatakan...

Terimakasih buat penjelasannya..
Cukup menambah pengetahuan saya.
Saya seorg Adventist, namun kurang paham2 kali soal larangan2 dlm ajaran Adventist jika dikaitkan dgn medis.. (maklum saya bukan anak kedokteran, tpi anak psikologi.. hehehehe).
Namun, berkat blog ini, saya cukup paham..
Thanks a lot, sister.
God bless
^^

Gavrila mengatakan...

Hi sister :)
sama2.. maaf, saya baru mulai buka blog lagi.
sudah lama sekali ngga nulis. :)
God bless you too

Posting Komentar