Senin, 08 November 2010

May YOU be my strength forever, O Lord

Tidak terasa sudah hampir 10 tahun aku berjalan bersama Tuhan. Sejak awal sampai saat ini, berbagai hal telah Ia ajarkan kepadaku. Pernah aku merasa sangat hampa. Itulah saat dimana aku terlena dengan apa yang dunia tawarkan hingga aku melupakan-Nya. Ada saat dimana aku semangat dan menggebu melayani-Nya. Tapi kemudian aku menyadari bahwa bukan itu yang diinginkan-Nya. Yang diinginkan-Nya adalah agar aku memiliki komunikasi yang konsisten dengan-Nya.

Ia sahabatku. Ya, tidak ada yang mengerti aku seperti Dia. Tidak ada yang dapat mendengarkanku seperti Dia. Tidak ada yang dapat membantuku seperti Dia. Mungkin sebagian besar orang di dunia ini tidak percaya adanya Tuhan. Tapi bagiku, aku tidak punya alasan lagi untuk tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Tuhan bukan saja ada, Ia hidup, Ia melihatku, Ia mengenalku, Ia mendengarkan apa yang kukatakan, Ia tahu kebutuhanku, Ia menyediakannya, dan Ia selalu menjawab doa-doaku, bahkan sebelum aku mengucapkannya.

Dahulu aku tidak mengerti. Aku hanya mengikuti orang tuaku yang selalu mengajariku tentang Tuhan. Tapi kini setelah aku membuktikannya, aku dapat memberi kesaksian dengan mulutku sendiri.

Alkitab, yang disebut-sebut sebagai kitab suci orang kristen, aku lebih suka menyebutnya Firman Tuhan. Mengapa? Karena melalui itulah Tuhan berbicara. Aku memang pernah menulis sebuah artikel tentang bagaimana alkitab itu dapat dipercaya. Memang, bukti-bukti sejarah dan tergenapnya nubuatan menunjukkan bahwa apa yang dikatakan alkitab itu adalah benar. Namun, sekarang keyakinanku pada alkitab bukan hanya didasarkan pada itu saja. Aku telah membuktikannya sendiri. Bukan, tapi Tuhan yang telah membuktikannya padaku. Terima kasih Tuhan.

Terlahir dengan nama "Gavrila" yang artinya "Tuhan adalah sumber kekuatanku" adalah berkat. Dulu memang aku tidak begitu menyukai namaku ini, karena namaku aneh, sulit disebut. Seringkali salah disebutkan orang. Seringkali malah jadi bahan ejekan orang yang menyebutku "GORILA". Tetapi ketika ditanya orang apa arti nama itu, sangat indah bukan. Dan aku rasa Tuhan sengaja memberiku nama itu, Ia telah mengenalku sebelum aku lahir, dan Ia telah memilihku.

Bila aku telusuri perjalanan hidupku dari awalnya, sadar atau tidak sadar, memang menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber kekuatanku. Aku tidak terlahir sebagai anak yang sempurna, aku tidak cantik, bukan orang kaya, bukan pemilik benda-benda yang dunia tawarkan.

Ketika masih bayi dan balita aku sudah mengalami trauma kepala sebanyak 3 kali. Mungkin anda tahu bahwa trauma kepala di bayi cukup berbahaya karena kepala bayi strukturnya masih lunak dan rawan. Namun, memang itulah yang terjadi padaku. Jatuh dari tempat tidur yang tinggi, terlempar keluar dari kereta dorong, dan yang terakhir terantuk tangga ketika aku baru saja mulai belajar jalan. Tidak aneh bila sekarang kepalaku mengalami banyak deformitas. Dan tidak aneh pula bila orang tuaku menjuluki aku dengan "si kepala besi". Pasalnya, ketika terantuk tangga, ubin keramik tangga tersebut pecah, namun tidak dengan kepalaku. Mama selalu bilang ini adalah anugerah, Tuhan memberikan aku kepala besi. Kalau tidak, mungkin aku sudah mati. Dan memang, aku juga adalah orang yang keras kepala.

Ketika usia balita, aku dengar papa berkata, bahwa aku ini bukanlah anak yang normal. Aku sudah jatuh 3 kali, kemungkinan besar aku tidak akan menjadi anak yang pintar, alias istilah kasarnya "bego". Ya, saat itu aku menangis. Tapi bersyukur punya mama yang sabar mendidik. Ketika masuk sekolah dasar, ternyata hipotesis papa tidak benar. Aku dapat meraih juara kedua di kelas satu, dan juara pertama mulai dari kelas dua.
Tuhan punya rencana. Ia tak pernah meninggalkan aku, tak pernah menyediakan sesuatu yang buruk, melainkan yang terbaik.

Sempat aku merasa tinggi hati karena prestasi yang telah aku raih dan juga sokongan dari para guru. Namun seiring dengan meningkatnya usiaku aku sadar, ini tidak boleh dibiarkan. Tuhan membantuku merendahkan diri. Ia selalu membentukku menjadi yang terbaik.

Ketika aku berniat menjadi dokter, aku tau cita-cita ini mustahil. Aku bertanya pada Tuhan, dan inilah jawabannya. Ia izinkan aku mengikuti program pendidikan kedokteran. Ia pilihkan universitas untukku. Aku tidak memilih sendiri. Aku hanya bertanya, "Tuhan, menurut Tuhan kemana aku harus melangkah?"
Dan Ia menuntunku. Sekali lagi Tuhan telah mengatur jalan hidupku.

Dan sekarang, Ia selalu menjadi kekuatanku. Di saat-saat genting, dimana aku tidak dapat mengandalkan diriku sendiri, Ia tetap bisa diandalkan. Di dalam situasi yang tidak dapat aku kendalikan, Ia mengendalikan. Di saat aku membutuhkan pertolongan yang secepatnya, Ia menolongku dengan tepat waktu. Mungkin jika aku dapat menulis lembar demi lembar kehidupanku, tidak akan cukup halaman untuk menceritakan bagaimana kasih-Nya di hidupku, bagaimana mujizat yang Ia berikan padaku setiap hari, bagaimana Ia menjawab doaku, bagaimana Ia menjadi sahabatku yang terbaik.

God is my strength. I am weak but He is strong, and He strengthens me that I could do all things through Him.
God is my strength. I trust Him more than I trust my self. The way that I choose can be wrong, but the way HE chooses for me can't be wrong, because HE knows what's best for me.
God is my strength. May YOU be my strength, forever and ever. Amen